KETIMBANG NGEMIS: Komunitas Bondo Sembako

“Tidak hanya menolong dari segi materi, tetapi juga menjadi dukungan emosional bagi para ‘sosok mulia’.”

Mungkin terdengar ironis, tetapi keberadaan pengemis di kota besar sudah bukan merupakan hal langka. Surabaya pun tidak lepas dari gejala sosial ini. Usia yang sudah tidak menunjang produktivitas dan lapangan pekerjaan yang terbatas menjadi alasan para pengemis lebih memilih untuk meminta-minta daripada harus bekerja. Namun, di tengah populasi pengemis yang tidak sedikit, ada pula sebagian kecil masyarakat yang tetap memilih untuk mengais nafkah dengan bekerja daripada mengemis. Komunitas Ketimbang Ngemis menyebut mereka “sosok mulia”.
Ketimbang Ngemis lahir di Jogjakarta pada tahun 2011. Kisah lahirnya komunitas ini sendiri bisa terbilang unik. Keresahan seorang pemuda yang kehilangan jejak pedagang kaki lima (PKL) yang hendak ia datangi setelah beribadah menjadi awal mula lahirnya Ketimbang Ngemis. Sayangnya, identitas pemuda ini sudah tidak diketahui oleh tim Ketimbang Ngemis yang masih aktif saat ini. Cerita tersebut memunculkan ide untuk membuat wadah pemasaran PKL agar masyarakat tahu kapan dan di mana PKL tersebut berjualan. Media sosial menjadi platform yang digunakan olehnya sebagai media pemasaran. Namun, seiring berjalannya waktu, dan setelah mengenal lebih dalam kehidupan para PKL, muncul keinginan untuk berkontribusi lebih untuk mereka yang memilih untuk bekerja daripada mengemis. Dari situlah lahir komunitas Ketimbang Ngemis yang berfokus pada pemberian apresiasi bagi masyarakat kecil yang tetap memilih untuk bekerja meski dihadapkan dengan berbagai kesulitan.
Kini, 8 tahun setelah pertama kali dirintis, komunitas ini sudah memiliki cabang di kurang lebih 20 daerah di Indonesia. Salah satunya adalah Ketimbang Ngemis Surabaya (KNS) yang dikepalai oleh Oky Angga Riyadi. Apresiasi yang diberikan KNS pada “sosok mulia” dikemas dalam dua bentuk kegiatan. Kedua kegiatan tersebut adalah program berbagi berkah berupa sembako yang dilaksanakan setiap akhir bulan, dan program gerakkan, wujudkan dan nyatakan (gedjutkan), kegiatan lanjutan dari program berbagi berkah di mana tim KNS melakukan survei untuk memberi bantuan pada “sosok mulia” sesuai dengan kebutuhan mereka. Untuk mendanai kedua program tersebut, tim Ketimbang Ngemis mengadakan garage sale setiap awal bulan. Pakaian yang dijual di garage sale disumbangkan oleh masyarakat yang ingin turut berkontribusi.
Setiap proses pasti ada kesulitannya. Meskipun telah 8 tahun berkiprah di bidang sosial, KNS masih menemukan adanya hambatan. Seringkali bantuan yang diberikan dalam bentuk barang ataupun peralatan rumah tangga justru tidak dimanfaatkan oleh “sosok mulia”. Mereka lebih terbiasa dan nyaman bila menggunakan barang milik mereka sendiri meskipun keadaannya sudah tidak layak pakai. Oleh karena itu, banyak pemberian dari KNS yang masih kurang tepat sasaran.
Mengapresiasi para “sosok mulia” memang merupakan suatu hal yang penting bagi komunitas ini, namun berbagi cerita dan saling tanya kabar juga tak kalah penting. Berawal dari sekedar membagikan sembako, KNS telah membangun relasi kekeluargaan dengan banyak “sosok mulia”. Kebanyakan dari “sosok mulia” ini tidak memiliki keluarga yang merawat mereka sehingga KNS tidak hanya menolong dalam segi materi melalui sembako, tetapi juga menjadi dukungan emosional. “Kami sudah lebih seperti figur anak untuk para sosok mulia,” ucap tim KNS. Kedekatan tim KNS dengan para “sosok mulia” juga memunculkan berbagai cerita hangat. KNS bahkan pernah membantu meringankan biaya pengobatan seorang “sosok mulia” yang jatuh sakit hingga bergiliran menjaga beliau di rumah sakit.
Melalui program-programnya, KNS berharap semakin banyak peserta yang dapat berpartisipasi dalam acara yang diadakan maupun kunjungan yang bersifat kekeluargaan terhadap sosok-sosok mulia. Mereka ingin lebih banyak masyarakat berkontribusi dan merasakan dampak positif dari kegiatan yang mereka lakukan, serta mengapresiasi mereka yang sepertinya "kecil" melalui hal-hal sederhana seperti berbagi sembako. Seperti kata pepatah, “sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit”, setiap hal kecil yang kita lakukan dapat menjadi dampak yang besar bagi sekitar kita.
×
×
×